Pages

Rabu, 16 April 2014

CONTOH PERJANJIAN PENEMPATAN CTKI



CONTOH PERJANJIAN PENEMPATAN CTKI

KOP DAN ALAMAT PPTKIS


PERJANJIAN PENEMPATAN TKI KE……. (TAIWAN/HONGKONG/SINGAPURA/dll)
ANTARA
PELAKSANA PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA SWASTA ( PPTKIS )
DENGAN
CALON TENAGA KERJA INDONESIA

Nomor: ………………………………..

Pada hari ini ……………………….. tanggal ……………….. bulan ……………….. tahun …………….. telah diadakan Perjanjian Penempatan antara :

I.    Nama                                 :    
      Jabatan                              :     
      Nama  PPTKIS                 :
      No. SIUP                          :    
      Alamat                              :     
No. Telp                            :    
      Selanjutnya  disebut sebagai PIHAK PERTAMA

II.   Nama Calon TKI             :   
      Tempat / tanggal lahir       :   
Alamat                              :   
Jenis Kelamin                    :   
Agama                               :   
Status Perkawinan                        :   
Pendidikan Terakhir          :   
Nama Orang Tua/Wali      :
Alamat Orang Tua/Wali    :
Nama Suami                      :  
Alamat Suami                   :   
Selanjutnya   disebut sebagai PIHAK KEDUA   

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA telah sepakat mengadakan perjajian penempatan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
Pasal  1 ( Jo. Pasal 52, Pasal 72)
 (1) PIHAK PERTAMA sanggup menempatkan PIHAK KEDUA untuk bekerja disektor ………………………………….. pada pengguna perorangan atau berbadan hukum  dengan kondisi sebagai berikut :
         Nama Majikan/Pengguna           :                         
         Negara / tempat bekerja             :    
         Alamat Majikan                         :  
         Lama Kontrak Kerja                  :    
         Jabatan                                       :    
         Besarnya Gaji Perbulan              :                                                          
         Fasilitas yang diperoleh             :   
         Hari Libur                                  :  
         Jaminan Sosial                            :    
        
( 2 )   PIHAK PERTAMA sanggup menempatkan PIHAK KEDUA di Negara ……………….dengan Jabatan …………….…………………………………pada pengguna perorangan atau berbadan hukum  selambat-lambatnya …………. bulan setalah Perjanjian Penempatan ditandatangani.
( 3 )   PIHAK KEDUA berhak menolak pemberangkatan dan atau penempatan yang tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
( 4 )   PIHAK PERTAMA wajib membayar ganti rugi kepada PIHAK KEDUA apabila PIHAK PERTAMA tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana ayat (1) bukan karena kesalahan PIHAK KEDUA.
Pasal  2 (Jo Pasal 8 huruf h)

PIHAK PERTAMA bertanggung jawab atas keselamatan, kesehatan dan keamanan PIHAK KEDUA sejak keberangkatan dari daerah asal selama di tempat penampungan, selama bekerja di Negara tujuan sampai ke kembali ke daerah asal.
Pasal  3 (Jo Pasal 65)

PIHAK PERTAMA bertanggung jawab atas pengurusan dokumen keberangkatan PIHAK KEDUA ( paspor, visa, kepesrtaan  asuransi, Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri, tiket keberangkatan dan dokumen lainnya yang ditentukan oleh Negara penempatan).

Pasal  4 (Jo Pasal 52 ayat 2 huruf h)

( 1 )   PIHAK KEDUA bersedia menanggung  biaya penempatan melalui pinjaman bank maksimum sebesar Rp. ……………………….  (………………………………………………………….…  ).
( 2 )   PIHAK KEDUA memperoleh gaji perbulan minimal  HKD, SGD, NT…………………  (……………………………………………..………)
( 3 )   Dalam hal PIHAK  KEDUA melunasi biaya penempatan dengan cara angsuran, maka besar angsuran perbulan sebesar HKD, SGD, NT………………..… (……………………………………………) selama ………. bulan.
( 4 )   PIHAK PERTAMA wajib memberikan tanda bukti penerimaan pembayaran yang sah setiap kali di lakukan pembayaran biaya penempatan PIHAK KEDUA.

Pasal  5 (Jo Pasal 52 ayat 2 huruf f, Pasal 72)
PIHAK PERTAMA akan mengembalikan seluruh biaya proses penempatan, apabila PIHAK PERTAMA gagal menempatkan sebagaimana isi perjanjian ini.

Pasal  6
Dalam hal PIHAK KEDUA dinyatakan tidak sehat melalui pemeriksaan kesehatan sesuai permintaan Negara tujuan penempatan, sehingga yang bersangkutan tidak dapat diberangkatkan. PIHAK KEDUA tidak wajib melunasi kekurangan seluruh biaya penempatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4, kecuali biaya yang telah dikeluarkan sesuai dengan bukti pembayaran pengeluaran yang sah.

Pasal  7
Dalam hal PIHAK KEDUA melarikan diri atau mengundurkan diri maka PIHAK PERTAMA berhak meminta kembali kepada PIHAK KEDUA pengembalian biaya penempatan yang telah dikeluarkan oleh PIHAK PERTAMA sesuai dengan bukti pembayaran yang sah. Apabila dalam mengikuti proses pelatihan dan dalam bulan pertama PIHAK PERTAMA menilai bahwa PIHAK KEDUA ternyata tidak mampu untuk mengikuti pelajaran yang ditetapkan sesuai dengan standar Negara penempatan PIHAK KEDUA bersedia dialihkan ke Negara lain  yang  mempunyai sistem pelatihan yang lebih mudah.

Pasal  8 (Jo pasal 70)
( 1 )   Dalam hal diperlukan penampungan sebelum keberangkatan, PIHAK PERTAMA wajib menyediakan tempat penampungan bagi PIHAK KEDUA yang memenuhi syarat kelayakan, kesehatan dan keamanan sesuai ketentuan yang berlaku.
( 2 )   PIHAK KEDUA ditampung paling lama …………. bulan sejak ditandatangani perjanjian penempatan ini.
( 3 )   Dalam hal terjadi penundaan pemberangkatan PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA harus memberitahukan kepada PIHAK KEDUA dan UPT-P3TKI, Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten / kota setempat sesuai  daerah asal TKI.
( 4 )   Segala hal yang terjadi akibat penundaan tersebut menjadi tanggung jawab PIHAK PERTAMA tanpa membebankan biaya apapun kepada PIHAK KEDUA

Pasal  9 (Jo Pasal 8 huruf e)
( 1 )   PIHAK PERTAMA menjamin kepada PIHAK KEDUA untuk dipekerjakan sebagai ………………………..…….. dengan gaji perbulan sebedsar SGD,HKD, NT……….. ( …………………..……….) dan fasilitas sesuai dengan permintaan nyata ( job order / demand letter )

Pasal  10 (Jo. Pasal 57 dan Pasal 60)
( 1 )   Dalam hal PIHAK KEDUA memperpanjang Perjanjian Kerja melalui atau sepengetahuan  PIHAK PERTAMA maka ketentuan pasal ( 2 ) tetap berlaku selama masa perpanjangan Perjanjian Kerja.
( 2 )   Dalam hal PIHAK KEDUA memperpanjang Perjanjian Kerja tidak melalui atau sepengetahuan PIHAK PERTAMA maka ketentuan pasal (2) tidak berlaku selama masa perpanjangan Perjanjian Kerja.
( 3 )   Biaya pengurusan perpanjangan Perjanjian Kerja dibebankan kepada pengguna jasa.

Pasal  11 (Jo Pasal 73 dan 75)
( 1 )   Dalam hal PIHAK KEDUA pulang ke tanah air baik karena selesainya kontrak kerja ataupun sebab lain PIHAK KEDUA wajib melaporkan diri kepada PIHAK PERTAMA

Pasal  12 (Jo Pasal 85)
( 1 )   Apabila timbul perselisihan mengenai pelaksanaan Perjanjian Kerja antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA, maka penyelesaian dilakukan secara musyawarah.
( 2 )   Dalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak mencapai kesepakatan, maka salah satu atau kedua belah pihak dapat meminta bantuan penyelesian perselisihan tersebut kepada pejabat yang berwenang di Kantor Ketenagakerjaan Kab/Kota setempat
( 3 )   Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak mencapai penyelesaian maka salah satu atau kedua belah pihak dapat mengajukan tuntutan dan atau gugatan melalui Pengadilan Negeri sesuai ketentuan yang berlaku.
( 4 )   Dalam hal PIHAK KEDUA menghadapi masalah di negera tujuan dan kepulangan ke tempat asal, PIHAK PERTAMA wajib mengurus penyelesaian masalah PIHAK KEDUA.

Pasal 13

Perjanjian penempatan ditandatangani oleh kedua belah pihak tanpa paksaan dari pihak manapun serta diketahui oleh Dinas Ketenagakerjaan Kab/Kota setempat dan dibuat rangkap 4 (empat) dan bermaterei secukupnya. Lembar pertama untuk PIHAK KEDUA, Lembar kedua untuk PIHAK PERTAMA, Lembar ketiga untuk Dinas Kab/Kota dan Lembar keempat untuk UPT-P3TKI.

Pasal 14

Perjanjian Penempatan ini berlaku sejak ditandatangani oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sampai dengan berakhirnya masa perjanjian kerja.


                  PIHAK KEDUA                                                                              PIHAK PERTAMA


                           
                                                                                                                      
                     CTKI                                                                                                      PPTKIS  

Mengetahui







UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 39 TAHUN 2004
TENTANG
PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA
DI LUAR NEGERI
Pasal 8
Setiap calon TKI mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk:
  1. bekerja di luar negeri;
  2. memperoleh informasi yang benar mengenai pasar kerja luar negeri dan prosedur penempatan TKI di luar negeri;
  3. memperoleh pelayanan dan perlakuan yang sama dalam penempatan di luar negeri;
  4. memperoleh kebebasan menganut agama dan keyakinannya serta kesempatan untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan yang dianutnya.
  5. memperoleh upah sesuai dengan standar upah yang berlaku di negara tujuan.
  6. memperoleh hak, kesempatan, dan perlakuan yang sama yang diperoleh tenaga kerja asing lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan di negara tujuan;
  7. memperoleh jaminan perlindungan hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan atas tindakan yang dapat merendahkan harkat dan martabatnya serta pelanggaran atas hak-hak yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan selama penampatan di luar negeri;
  8. memeproleh jaminan perlindungan keselamatan dan keamanan kepulangan TKI ke tempat asal;
  9. memperoleh naskah perjanjian kerja yang asli.

Pasal 9
Setiap calon TKI/TKI mempunyai kewajiban untuk:
a. menaati peraturan perundang-undangan baik di dalam negeri maupun di negara tujuan;
b. menaati dan melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan perjanjian kerja;
c. membayar biaya pelayanan penempatan TKI di luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan
d. memberitahukan atau melaporkan kedatangan keberadaan dan kepulangan TKI kepada Perwakilan Republik Indonesia di negara tujuan.

Pasal 52
(1) Perjanjian penempatan TKI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 buruf b dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh calon TKI dan pelaksana penempatan TKI swasta setelahcalon TKI yang bersangkutan terpilih dalam perekrutan.
(2) Perjanjian penempatan TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekurang-kurangnya       memuat:
a. nama dan alamat pelaksana penempatan TKI swasta;
b. nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, dan alamat calon TKI;
c. nama dan alamat calon Pengguna;
d. hak dan kewajiban para pihak dalam rangka penempatan TKI di luar negeri yang harus sesuai dengan kesepakatan dan syarat-syarat yang ditentukan oleh calon Pengguna tercantum dalam perjanjian kerjasama penempatan;
e. jabatan dan jenis pekerjaan calon TKI sesuai permintaan pengguna;
f. jaminan pelaksana penempatan TKI swasta kepada calon TKI dalam hal ini Pengguna tidak memenuhi kewajibannya kepada TKI sesuai perjanjian kerja;
g. waktu keberangkatan calon TKI;
h. biaya penempatan yang harus ditanggung oleh calon TKI dan cara pembayarannya;
i.  tanggungjawab pengurusan penyelesaian masalah;
j. akibat atas terjadinya pelanggaran perjanjian penempatan TKI oleh salah satu pihak, dan
k. tanda tangan para pihak dalam perjanjian penempatan TKI.

Pasal 60
Dalam hal perpanjangan dilakukan sendiri oleh TKI yang bersangkutan, maka pelaksanapenempatan TKI swasta tidak bertanggungjawab atas risiko yang menimpa TKI dalam masa perpanjangan perjanjian kerja.

Pasal 65
Palaksana penempatan TKI swasta bertanggungjawab atas kelengkapan dokumen penampatan yang diperlukan.

Pasal 56
(1) Perjanjian kerja dibuat untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun.
(2) Dikecualikan dari ketentuan jangka waktu perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk jabatan atau jenis pekerjaan tertentu.
(3) Ketentuan mengenai jabatan atau jenis pekerjaan tertentu yang dikecualikan dari jangka waktu perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diatur lebih lanjut dengan peraturan Menteri.

Pasal 57
(1)   Perpanjangan jangka waktu perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (1), dapat dilakukan oleh  TKI yang bersangkutan atau melalui pelaksana penempatan TKI swasta.
(2)   Perpanjangan   sebagaimana  dimaksud  pada ayat (1) harus disepakati oleh para pihak sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sebelum perjanjian kerja pertama berakhir

Pasal 70
(1) Pelaksana penempatan TKI swasta dapat menampung calon TKI sebelum pemberangkatan.
(2)  Lamanya penampungan disesuaikan dengan jabatan dan/atau jenis pekerjaan yang akan dilakukan di negara tujuan.
(3) Selama masa penampungan, pelaksana penempatan TKI swasta wajib memperlakukan calon TKI secara wajar dan manusiawi.
(4) Ketentuan mengenai standar tempat penampungan dan lamanya penampungan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.

Pasal 72
Pelaksana penempatan TKI swasta dilarang menempatkan TKI yang tidak sesuai dengan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan perjanjian kerja yang disepakati danditandatangani TKI yang bersangkutan.

Pasal 73
(1) Kepulangan TKI terjadi karena:
a. berakhirnya masa perjanjian kerja;
b. pemutusan hubungan kerja sebelum masa perjanjian kerja berakhir;
c. terjadi perang, bencana alam, atau wabah penyakit di negara tujuan;
d. mengalami kecelakaan kerja yang mengakibatkan tidak bisa menjalankan pekerjaannya
    lagi;
e. meninggal dunia di negara tujuan;
f. cuti; atau
g. dideportasi oleh pemerintah setempat.
(2) Dalam hal TKI meninggal dunia di negara tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, pelaksana penampatan TKI berkewajiban:
a. memberitahukan tentang kematian TKI kepada keluarganya paling lama 3 (tiga) kali 24
   (dua puluh empat) jam sejak diketahuinya kematian tersebut;
b. mencari informasi tentang sebab-sebab kematian dan memberikannya kepada pejabat    Perwakilan Republik Indonesia dan anggota keluarga TKI yang bersangkutan;
c. memulangkan jenazah TKI ke tempat asal dengan cara yang layak serta menanggung   semua biaya yang diperlukan, termasuk biaya penguburan sesuai dengan tata cara agama TKI yang bersangkutan;
d.mengurus pemakaman di negara tujuan penempatan TKI atas persetujuan pihak eluarga TKI atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku di negara yang bersangkutan;

Pasal 75
(1) Kepulangan TKI dari negara tujuan sampai tiba di daerah asal menjadi tanggung jawab pelaksana penempatan TKI.
(2) Pengurusan kepulangan TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi hal:
a.  pemberian kemudahan atau fasilitas kepulangan TKI;
b.  pemberian fasilitas kesehatan bagi TKI yang sakit dalam kepulangan; dan
c.   pemberian upaya perlindungan terhadap TKI dari kemungkinan adanya tindakan pihak pihak lain yang tidak bertanggungjawab dan dapat merugikan TKI dalam kepulangan.
(3) Pemerintah dapat mengatur kepulangan TKI.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemulangan TKI sebagaiman dimaksud pada ayat (1),   ayat (2), dan ayat(3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.

Pasal 82
Pelaksana penempatan TKI swasta bertanggungjawab untuk memberikan perlindungan kepada calon TKI/TKI sesuai dengan perjanjian penempatan.

Pasal 85
(1) Dalam hal terjadi sengketa antara TKI dengan pelaksana penempatan TKI swasta mengenai pelaksanaan perjanjian penempatan, maka kedua belah pihak mengupayakan penyelesaian secara damai dengan cara bermusyawarah.
(2)  Dalam hal penyelesaian secara musyawarah tidak tercapai, maka salah satu atau kedua belah pihak dapat meminta bantuan instansi yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan di Kabupaten/Kota, Provinsi atau Pemerintah.



Pasal 86
(1)     Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiatan yang berkenan dengan penyelenggaraan Penempatan  dan Perlindungan TKI di luar negeri.
(2)   Dalam melakukan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah dapat mengikut sertakan pelaksana penempatan TKI swasta, organisasi dan/atau masyarakat.
(3)    Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi.